Bahasa Indonesia Memprihatinkan, Guru Harus Kreatif dan Menyenangkan
Suasana seminar pendidikan Unindra yang diadakan di TMII, Jaktim, Kamis (31/10) |
Menurut dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra), Syarifudin Yunus, MPd dalam seminar bertajuk “Indonesia Sebagai Jati Diri Bangsa”, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur (Jaktim), Kamis (31/10), setidaknya ada empat fakta yang terjadi di sekolah saat ini.
Pertama, tingkat kebiasaan membaca anak Indonesia skor 51,7 yang jauh tertinggal dibandingkan dengan Filipina(53), Thailand (65), Singapura (74), dan Hongkong (75,5). Kedua, tngkat kemampuan memahami bacaan anak Indonesia rendah, hanya 30 persen.
Ketiga, kemampuan menulis mahasiswa masih rendah. Keempat, kemampuan bahasa guru masih rendah. “Dari 100 guru tes Ujian Kompetensi Bahasa Indonesia (UKBI) sembilan orang dinyatakan unggul, 49 madya, 41 semenjana, dan satu orang marginal. Tidak ada predikat istimewa dan sangat unggul,” kata Syarifudin.
Dia juga menyinggung soal nilai Ujian Nasional 2013 bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat Sekolah Menengah Atas rata-rata rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, seperti Biologi, Matematika, atau Fisika. Ironisnya, katanya, pelajaran yang mendapat nilai rendah tersebut mayoritas dari jurusan Bahasa.
Syarifudin kemudian menganjurkan guru harus memiliki orientasi belajar pada kompetensi berbahasa siswa bukan penguasaan materi. Kemudian guru harus kreatif dalam kegiatan belajar agar tidak monoton, berpusat pada siswa. Guru juga harus jadi model berbahasa karena siswa membutuhkan referensi nyata.
“Jadilah guru bahasa yang mampu menyederhanakan materi pelajaran, melibatkan kreatifitas, menarik dan menyenangkan,” katanya dalam seminar yang diadakan Universitas Indraprasta PGRI menyambut Hari Sumpah Pemuda. Belajar bahasa Indonesia, lanjut Syarifudin, dengan hati, tidak hanya pikiran.”
Pembicara lainnya, Arif Firmansyah, mantan wartawan dan konsultan PR mengatakan, bahasa Indonesia yang dipelajari di bangku sekolah dan perguruan tinggi tidak mampu membuat termotivasi untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
“Industri media, maupun daring (online) membuat kita seperti kembali tergagap-gagap dalam berbahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang seharusnya,” kata dia.
Sebagai pengguna bahasa Indonesia, media wajib membuat bahasa Indonesia semakin hidup, dimanis dan diterima masyarakat melalui artikel yang diterbitkan.
Tanpa kemampuan dan kreatifitas ini, media sekadar menjadi monument cara berbahasa yang kaku, aus dan ketinggalan zaman. Akibatnya daya tarik bahasa Indonesia tidak bisa dimunculkan.
“Sebagai anak bangsa yang ingin mempertahankan harkat dan martabat bangsanya, salah satu yang dapat kita lakukan adalah mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan,” kata Arif.
Karena itu,lanjutnya, di tengah kepungan media yang sangat beragam cara berbahasanya, sudah saatnya masyarakat memiliki sikap tegas yaitu hanya membaca media dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.(lian)
( Cek hotel di Jakarta, bandingkan tarif dan baca ulasannya | Cek hotel di Yogyakarta, bandingkan tarif dan baca ulasannya | Cek hotel di Bandung, bandingkan tarifnya | Cek hotel di Surabaya, bandingkan tarifnya | Cek hotel di Lombok, bandingkan tarifnya | Cek hotel di Bali, bandingkan tarifnya | Cek hotel di Medan, bandingkan tarifnya | Cek hotel di Palembang, bandingkan tarifnya | Cek hotel di Labuan Bajo, bandingkan tarifnya | Cek hotel di Manado, bandingkan tarifnya | Cek hotel di Pontianak, bandingkan tarifnya )
Tidak ada komentar: