Ilustrasi
JAKARTA, JO- Memperingati Hari Guru Internasional pada 5 Oktober 2013 mendatang, jutaan guru di seluruh Indonesia berencana untuk menggelar aksi "mogok" mengajar, dalam bentuk doa bersama. Guru mengaku prihatin dengan nasib mereka saat ini.

Seperti disampaikan Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo dan Ketua Harian PGRI Nelson Pormalingga di Jakarta, akhir pekan lalu, korps guru merasa kesal dengan penanganan terhadap guru saat ini yang menurutnya semakin jelek.

Hari Guru Internasional diperingati setiap tanggal 5 Oktober sejak tahun 1994, untuk memberikan dukungan kepada para guru di seluruh dunia dan meyakinkan mereka bahwa keberlangsungan generasi pada masa depan ditentukan oleh guru. Slogan peringatan tahun 2013 ini adalah World Teachers' Day 2013: A Call for teachers!

Dia menyebut mulai dari pembayaran tunjangan profesi yang molor, program sertifikasi guru yang amburadul, program impassing guru swasta yang tiba-tiba dihapus hingga persoalan guru honorer yang tak kunjung beres.

Menurut Sulistyo, mereka tidak main-main dengan rencana mogok ini. Surat pemberitahuan rencana aksi mogok massal sudah dikirim kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh, hingga ke Kapolri Timur Pradopo.

Dia menambahkan, aksi doa bersama dilakukan serentak di seluruh Indonesia pada 5 Oktober, pukul 10 pagi waktu setempat selama 10 menit. Guru bisa melanjutkan lagi proses belajar-mengajarnya setelah prosesi doa bersama dengan para guru itu selesai. Tempatnya bisa di alun-alun kota, tanah lapang yang bisa menampung banyak guru atau di halaman gedung PGRI di daerah.

"Sekolah bisa diliburkan dulu, atau guru boleh mengajar setelah doa bersama. Itu pilihan. Semoga dengan doa jutaan guru, PGRI berharap bisa menggetarkan 'arsy' malaikat sehingga pemerintah tergerak hatinya untuk serius menangani persoalan guru," kata Sulistyo.

Setelah aksi mogok massal itu akan disusul dengan kegiatan audiensi kepada sejumlah menteri--mulai dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama, Menteri Keuangan, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Jika aksi ini tidak juga ditanggapi pemerintah, Sulistyo mengatakan, pihaknya akan menggelar aksi damai di depan Bundaran Hotel Indonesia (HI) pada 25 November 2013, bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional. Jumlah guru yang akan turun diperkirakan 10 ribu orang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. (jo-10)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.