Satu dari Enam Anak Menderita Penyakit Mental

Sakit mental tanpa tempat tinggal.
JAKARTA, JO- Satu dari enam anak Irlandia berusia antara 11 dan 13 tahun menderita penyakit mental, lalu pada saat mereka mencapai usia dewasa jumlah mereka meningkat menjadi satu dari lima orang, menurut sebuah studi.

Penelitian dari Royal College of Surgeons (RCSI), sebagaimana dirilis heririald.ie, hari ini, menunjukkan bahwa pemuda Irlandia memiliki tingkat gangguan mental jauh lebih tinggi daripada di Eropa dan Amerika Serikat.

Bahkan 75 persen orang dewasa ini peminum berat dan hampir satu dari lima orang mempertimbangkan untuk melakukan bunuh diri di beberapa tempat.

Profesor Pat McGorry dari Universitas Melbourne menyebut temuan ini sebagai "panggilan peringatan".

"Penelitian ini memberitahu kita dengan sangat jelas bahwa ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pelayanan, dukungan dan kebijakan," tambahnya. Profesor Mary Cannon, dari RCSI, mengatakan studi yang pertama kalinya di Irlandia.

Hal ini menunjukkan bahwa orang yang menderita masalah kesehatan mental pada usia muda lebih cenderung memiliki masalah yang sama dan zat penyalahgunaan di masa dewasa.

Menteri Kesehatan Mental Kathleen Lynch, yang meluncurkan laporan itu, mendesak dilakukannya tindakan.

DIa kemudian menekankan hal ini membutuhkan tugas kolektif dari semua orang untuk mendorong budaya baru agar orang-orang muda jangan ragu untuk mencari pertolongan," kata Kynch.

Solusi fundamental menghadapinya adalah perlunya kemitraan antara kelompok profesonal, dan masyarakat luas.

"Penelitian ini memberitahu kita dengan sangat jelas bahwa ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pelayanan, dukungan dan kebijakan," tambahnya. Profesor Mary Cannon, dari RCSI, mengatakan studi ini adalah pertama kalinya bukti tersebut telah berkumpul di Irlandia.

Hal ini menunjukkan bahwa orang yang menderita masalah kesehatan mental pada usia muda lebih cenderung memiliki masalah yang sama dan zat penyalahgunaan di masa dewasa muda.

Menteri Kesehatan Mental Kathleen Lynch, yang meluncurkan laporan itu, mendesak dilakukannya suatu tindakan.

Dia menekankan tugas kolektif semua orang untuk "mendorong budaya dimana semua orang dalam kesulitan, dan orang-orang muda khususnya, jangan ragu untuk mencari bantuan bila diperlukan".

Dia menambahkan: "Kita harus waspada terhadap tanda-tanda dan sinyal distress, mempromosikan keterampilan coping yang baik, merangkul perbedaan dan belum termasuk stigma."

Solusi mendasar, dia mengaku, terletak pada kemitraan antara profesional dan masyarakat luas.

Prof Cannon juga menghimbau kepada setiap orang muda "yang berpikir mereka mungkin memiliki masalah kesehatan mental tidak menderita sendirian, namun cobalah mencari bantuan dari sumber yang tersedia". (jo-2)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.