Kampung Betawi di Kota Tua Terganggu Pengamen Jalanan dan Pengemis
Pengamen dan pengemis datang silih berganti mengganggu suasana di Kota Tua. (foto:lian) |
Pantauan Jakarta Observer, Minggu (17/11) sore, panggung acara festival yang berlangsung sejak Sabtu (16/11) kemarin, tidak begitu ramai dikunjungi. Publik malah lebih suka mengunjungi kedai-kedai di sepanjang Kali Besar.
Sayangnya, saat pengunjung menikmati sajian kuliner di sana, puluhan pengemis dan pengamen berpakaian kumal datang silih berganti, membuat suasana menjadi tidak nyaman. Satu kali dua pengamen cilik datang dengan kardus, bertepuk tangan dengan nyanyian sumbang dan meminta uang.
Suasana malam di Kota Tua saat digelarnya Kampung Betawi di Kota Tua, Sabtu-Minggu (16-17/11). (foto:lian) |
Beberapa pengunjung tampak kesal dan memilih untuk kabur dari kedai-kedai itu. "Benar-benar sangat mengganggu, dari tadi pengamennya tidak habis-habis. Mending kalau enak lagunya, ini sudah fals suaranya, kumal lagi penampilannya," kata Amalia, 22, seorang mahasiswi yang memilih untuk menyingkir dari tempat nongkrong itu bersama teman prianya.
Selain gangguan dari para pengamen dan pengemis, Kota Tua sore ini juga sangat terganggu dengan minimnya tempat sampah di sana. Akibatnya banyak pengunjung yang kemudian membuang sampahnya sembarangan.
Festival Betawi di Kota Tua diramaikan sejumlah pertunjukan seperti seni musik keroncong dan lenong, festival kuliner Betawi, pameran rumah adat Betawi, serta berbagai atraksi pantomim para tokoh perjuangan seperti Naga Bonar dan Si Pitung yang bisa diajak berfoto bersama.
Festival ini, Sabtu (16/11) dibuka Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Arie Budiman dan Walikota Jakarta Barat Fatahillah pukul 15.00 WIB, diawali dengan prosesi penyambutan oleh Abang dan None Jakarta, Koko dan Cici 2013 disertai iring-iringan tanjidor,ondel-ondel, gambang kromong dan barongsai. (lian)
Tidak ada komentar: