Terowongan penyeberangan orang (TPO) Stasiun Jakarta Kota.
(foto-foto: jo2)
JAKARTA, JO- Beginilah nasib bangunan di negeri ini; bisa membangun tapi tidak bisa merawat. Coba lihat terowongan penyeberangan orang (TPO) yang menghubungkan Stasiun Jakarta Kota, Halte Busway Kota dengan jalur pedestrian di depan Museum Bank Mandiri ini. Baru lima tahun sejak dibuka untuk publik, kondisinya sudah mirip bangunan tua di Kota Tua ini.

Air mancur menyala, air berwarna hijau pekat penuh lumut.

Toilet yang berbau busuk dengan wastafel soak, dan tidak berfungsi; corat-coret vandalism dimana-mana, anak tangga yang dekil dengan kotoran lumpur, plafon copot berpadu dengan lampu-lampu yang rusak, serta tumpukan tripleks, papan dan sampah teronggok mengganggu lalu-lintas manusia; sedang dua lift di pintu masuk yang tidak berfungsi mirip ruang hantu.

Wastafel toilet soak dan tidak berfungsi.
Sampah bahan bangunan berserakan.
Dan itu, duh, coba lihat ke kolam yang berbentuk lingkaran persis di tengah-tengah terowongan dan terbuka ke atas, air memang masih memancur tak henti-henti tapi airnya sudah berwarna hijau pekat karena lumutan tak kunjung diganti-ganti airnya. Percayalah, jika Anda kebetulan lewat di sana hari-hari terakhir ini, Anda akan melihat sebuah pemandangan yang menyeramkan, yang sangat jauh dari konsep awal pembangunan terowongan.
Kondisi di dalam toilet, lemari, bahan bangunan dan sampah.
“Terus terang saya ngeri juga lewat terowongan ini sekarang. Masalahnya alternatif nggak ada untuk ke stasiun. Mau ke toilet juga segan, berpikir 100 kali karena baunya bukan main, bahkan untuk duduk di dekat air mancur saya tidak berani takut airnya yang sudah hijau keciprat ke saya,” kata Nurafni, 23, seorang karyawan yang bekerja di bilangan Asemka, Jakarta Barat kepada Jakarta Observer, kemarin.
Corat-coret vandalisme di dinding terowongan.
Nurafni, warga Depok yang setiap hari naik kereta api ke tempat kerjanya, mengaku saat terowongan itu dibangun dirinya sangat senang karena selain menghindari rumitnya lalu-lintas di depan stasiun yang sering macet, juga menjadi tempat yang menyenangkan untuk ‘ngaso’ sejenak sambil menikmati air mancur. “Saya biasa untuk duduk disini, tapi sekarang tidak lagi,” katanya.
Lift di pintu masuk yang sudah karatan, tidak berfungsi.
Terowongan dengan lebar 8 meter ini memang menjadi jalan terobosan sejak 20 Februari 2008, dan dinilai sebagai proyek cerdas karena selain bisa mengatasi kemacetan akibat lalu-lalang manusia dan kendaraan dari dan menuju Stasiun Jakarta Kota, juga dirancang sebagai jalur yang membuat pejalan kaki nyaman dan menyenangkan. Proses pembangunan selama tiga tahun sejak 2005, awalnya selain dilengkapi mushalla dan toilet juga ada restoran. Tapi kini hanya dalam waktu lima tahun, sudah tidak ada lagi bisa dibanggakan, kecuali hanya menjadi terowongan biasa yang bahkan menakutkan. (jo-2)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.