Indonesia Butuh Lebih Banyak Sosok Penegak Hukum Seperti Artidjo Alkostar
Suasana diskusi Fenomena Artidjo Alkostar 'Harapan Penegakan Hukum" di Hotel Bidakara, Selasa (4/3). (foto:jo-3) |
Diantara pembicara hadir antara lain Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas, dan Ketua Umum FPI Habib Rizieq Shihab, dengan sambutan Ketua Ikatan Keluarga Alumni Universitas Islam indonesia (UII) Mahfud MD.
Dalam diskusi bertajuk "Fenomena Artidjo Alkostar 'Harapan Penegakan Hukum'" hadir juga Bupati Musi Rawas, Sumatera Selatan (Sumsel) yang juga alumni UII, Dr Ridwan Mukti bersama sejumlah alumni UII lainnya, termasuk tentunya Artidjo Alkostar sendiri.
Menurut Busyro Muqoddas, dirinya mengenal sosok Artidjo, yang kini menjabat Ketua Kamar Pidana Mahkamah Agung (MA), sejak menjadi mahasiswa di UII. Artidjo adalah seniornya atau dua tahun di atasnya.
"Dulu saya sering ke tempat kos Artidjo. Di kos itu buku melulu dan koran. Saya melihat dia memang dibentuk dari tradisi membaca yang sangat kuat. Dia juga bisa menjaga diri dengan baik," kata Busyro.
Tak hanya itu, sedikitnya ada delapan poin keistimewaan yang ditemukan Busyro pada diri Artidjo. Suatu ketika pada tahun 1999, saat itu Busyro adalah dekan di UII, datang seorang warga keturunan yang mengeluh tentang sulitnya menemukan pengacara yang puna kredibilitas, dan meminta tolong Busyro memperkenalkannya dengan pengacara yang baik itu. Busyro lantas mengirimnya ke Artidjo Alkostar.
"Suatu ketika saya ketemu lagi dengan orang itu, dan bilang kepada saya mengenai kebingungannya karena sebagai pengacara Alkostar tidak mau diberi persekot, bahkan tidak mau pula satu mobil dengan dirinya karena Alkostar memilih naik bus," kisah Busyro.
Artidjo, kata Busyro, juga seorang yang tidak pandang bulu dan sangat hati-hati. Busyro lantas memberikan bukti ketika terjadinya "creative tension" antara MA dengaan Komisi Yudisial (KY).
"Saat itu Artidjo datang ke kantor saya (KY-Red) hanya untuk mengantar surat yang isinya Artidjo melaporkan saya ke Polda," kata Busyro. "Tega betul dia," kata Busyro disambut tawa hadirin.
"Maksud saya dia itu tidak pandang bulu, Selain itu saya pernah ketemu dengan Artidjo di toko buku Gunung Agung. Saya ajak makan dia tidak mau, padahal hanya makan saja. Jadi dia sangat hati-hati sekali," sambung Busyro.
Busyro juga menggambarkan bagaimana kesederhanaan Artidjo Alkostar. Suatu ketika, dia bertemu dengan Artidjo di bandara, diajak naik mobil dia tidak mau, rupanya dia lebih suka naik motor, yang mohon maaf distarter 12 kali baru menyala.
Selain peristiwa-peristiwa yang disaksikannya sendiri itu, Busyro kemudian memberikan penilaian mengenai tradisi untuk bersikap adil yang dimiliki Artidjo Alkostar.
"Beliau ini sederhana, spiritual yang terjaga dengan baik, egaliter, independen, pergaulan yang selektif semuanya membentuk Pak Artidjo menjadi seorang ideolog hukum dan penegak hukum dengan nilai-nilai kemanusiaan. Hal itu datang sejak mahasiswa, membebaskan kaum yang tertindas dan visi hukumnya yang pro-rakyat," kata Busyro.
Menjaga Integritas
Sementara itu, Ridwan Mukti menyebut Indonesia membutuhkan lebih banyak tokoh seperti Artidjo Alkotsar, yang mampu menjaga integritas. "Dia bukan hanya ahli hukum tapi juga taat beribadah. Sikapnya yang sederhana, jujur dibentuk dari tradisi tadi," katanya.
Ridwan sendiri mengaku punya pengalaman dengan Artidjo, yang tidak lain juga teman di UII. "Saya pernah meminta bertemu dengan Mas Artidjo Alkostar. Mas Artidjo mengatakan bersedia untuk ditemui, tapi dengan penegasan tidak boleh membicarakan kasus," kata Ridwan.
Ridwan juga setuju soal pernyataan Busyro soal tidak pandang bulunya Artidjo. "Pernah kawan lama beliau di Yogyakarta dihukum 2 tahun, lalu setelah di tangan Mas Artidjo dihukumnya malah 4 tahun," kata Ridwan.
Mengenai diskusi bertajuk Fenomena Artidjo Alkostar ini, Ridwan mengatakan, dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada Artidjo namun bukan dalam bentuk pemberian "award" tapi diskusi.
"Beberapa waktu lalu Mas Artidjo pernah menolak pemberian award, dan sekarang pun seperti itu. Jadi acaranya dibuat dalam bentuk diskusi saja," kata Ridwan.
Sebelumnya, Mahfud MD memberikan kesaksian Artidjo merpakan sosok yang istimewa dalam penegakan hukum di Indonesia, apalagi dalam kondisi Indonesia yang mengalami krisis integritas personal.
"Kita mengalami krisis integritas personal, sejalan krisis integritas institusi, kepada jaksa dan kepada polisi. Bukan mau mendewa-dewakan Pak Artidjo, tapi beliau istimewa bagi kami," ujar Mahfud.
Artidjo di mata Mahfud MD adalah sosok hakim yang berteman dengan orang-orang lemah dan tidak bersuara. Artidjo adalah sosok hakim yang berhasil mempertemukan kebutuhan nurani, logika hukum, dan public common senses.
Sementara Habib Rizieq Shihab juga mengaku kenal lama sosok Artidjo Alkostar, dan menyebutnya sebagai sosok sederhana, tegas, berani. Kata Habib Rizieq, Artijo tidak terpengaruh opini media dalam menegakkan hukum.
"Beliau datang ke Petamburan kritik FPI berikan solusi akhirnya kami minta jadi penasihat hukum kami. Berulang-ulang beliau memberikan pelajaran-pelajaran hukum, tadinya kami nggak tahu KUHAP jadi tahu, dari yang gak tahu konstitusi kami menjadi tahu. Sampai akhirnya beliau menjadi hakim agung," kata Habib Rizieq.
Masih menurutnya, Artidjo Alkostar bicara peradilan tanpa pandang bulu. "Saya seorang muslim tidak ada perbedaan bahwa menegakan keadilan wajib dilaksanakan oleh tiap-tiap muslim, keadilan milik semua manusia tanpa memandang agamanya. Seluruh ayat Al-Quran mendukung itu," begitu Habib Rizieq. (jo-3)
Tidak ada komentar: