Sampah Menumpuk Menjadi Tantangan Walikota Jakbar dan Barometer Penanganan Banjir
Sampah menumpuk di Kelurahan Kalideres, Jakbar. |
"Ini jelas menjadi ukuran bahwa Jakarta belum bisa bebas banjir, karena kesadaran masyarakat dalam membuang sampah maupun persoalan petugas kebersihan yang mengangkut sampah tersebut masih kurang. Apalagi sampai ada warga melalui ketua RT yang dipungut iuran sampah," kata Iyep dari Galang Pencinta Lingkungan dan Alam (Gampala) Kelurahan Kalideres kepada Jakarta Observer.com, Kamis (20/3).
Selain itu, menurut Iyep, jelas ini menjadi PR bagi gubernur maupun wakilnya dalam menjadikan Jakarta menjadi baru.
Iyep mengatakan hal ini terkait pemberitaan JakartaObserver.com yang mengungkap banyaknya lokasi di Jakbar yang menjadi lokasi tumpukan sampah yang dibiarkan berminggu-minggu bahkan hampir sebulan tidak lagi diangkut petugas. Termasuk adanya pungli dari petugas kebersihan di tingkat kecamatan.
Menurut Iyep, apa yan dia tangkap dari aspiasi masyarakat Kecamatan Kalideres, misalnya, sebenarnya mereka tak menjadi masalah jika dipungut uang iuran hingga Rp2 juta per bulan. Namun yang disesalkan oleh warga adalah mekanisme pengangkutannya yang tidak jelas.
"Akibat terlalu lama didiamkan oleh petugas kebersihan sampah menjadi menumpuk,sehingga warga menjadi khawatir berceceran hingga ke badan jalan maupun ke saluran air dan dapat menimbulkan banjir," ucap Iyep.
Seperti diberitakan sebelumnya, sampah antara lain terlihat menumpuk di Jalan Warung Gantung Kojan RT 01/06, dan Jalan Peta Selatan RT 08/01, Kelurahan Kalideres, Jakbar.
Meski warga membayar melalui ketua RT dan RW,namun hingga sejauh ini sampah masih menggunung bahkan berceceran. Tentunya hal ini menjadi bahan pertanyaan,mampukah sebenarnya Kasudin Kebersihan Jakbar mengatasinya.
Apalagi dalam waktu dekat Jakarta akan mengadakan kegiatan Adipura, dan menjadi tantangan buat Walikota Jakbar Anas Effendi untuk membuktikan bahwa dirinya bisa melakukan perubahan signifikan di wilayah ini khususnya dalam urusan banjir dan penanganan sampah.
"Jadi jangan Jakarta Baru menjadi Jakarta Bau!" kata Indra, seorang warga Kedoya. (leman)
Tidak ada komentar: