Panglima TNI Sebut Koresponden "Channel News Asia" Salah Menafsirkan Kutipan
Wawancara koresponden Channel News Asia dengan Panglima TNI Jenderal TNI Dr Moeldoko beberapa waktu lalu. Salah menafsirkan kutipan. (foto:puspen tni) |
Dalam wawancara yang dilakukan beberapa waktu lalu di kediaman Panglima TNI di Jakarta Pusat, Panglima TNI dikatakan meminta maaf atas penamaan KRI Usman-Harun kepada Pemerintah Singapura, padahal maksud dari pernyataan Panglima TNI tersebut adalah permohonan maaf atas tidak dipenuhinya permohonan penangguhan penamaan KRI Usman-Harun yang sudah final dan tidak akan berubah.
“Sekali lagi bukan permohonan maaf Panglima TNI kepada pemerintah Singapura atas penamaan KRI tersebut,” tegas Kapuspen TNI Mayjen TNI M Fuad Basya.
Hal tersebut menanggapi berita dari Channel News Asia yang berjudul “Indonesian Armed Forces Chief Expresses Regret Over Naming of Warship” yang dimuat Channel News Asia pada Selasa (15/4). Bersumber dari pemberitaan ini, sejumlah media massa kemudian membuat berita dengan judul "Panglima TNI: Permintaan Maaf ke Singapura".
Adanya kekeliruan penafsiran itu dibuktikan dengan hasil rekaman wawancara Panglima TNI Jenderal TNI Dr Moeldoko dalam bentuk transkrip maupun rekaman audio.
Berikut ini adalah salah satu kutipan pertanyaan dan jawaban Panglima TNI:
Koresponden Channel News Asia : Soal yang terakhir bapak,saya kembali pada bilateral tadi,jadi ke depan masih juga Indonesia (TNI)penamaan kapal itu diteruskan juga dan dua SAF dan TNI sudah ada komunikasi? Dan low intensity situation ini tidak akan keluar dari jalur yang sewajarnya.
Jawaban Panglima TNI : Saya pikir itu sebuah keputusan kami bahwa Usman-Harun tetap penamaan itu dan sekali lagi mohon maaf bahwa apa yang telah kami pikirkan tidak sama sekali berkaitan dengan membangun emosi kembali, tidak. Yang kedua bahwa hubungan kedua negara telah ada recovery pendekatan-pendekatan antara Pimpinan, antar Leader, antara saya dengan Panglima SAF dan kondisi sekarang sudah menuju ke low intensity emosi, saya kira ini harus dijaga, tidak perlu lagi dari rekan-rekan dari Singapura melakukan hal hal yang tidak produktif, kami juga seperti itu. Saya kira kita pada posisi yang saling menjaga, saling menghormati dan saling percaya.
Pernyataan Panglima TNI itulah yang kemudian ditafsirkan oleh reporter Channel News Asia bahwa Panglima TNI meminta maaf atas penamaan KRI Usman-Harun kepada Pemerintah Singapura, padahal tidak. "Maksud dari pernyataan Panglima TNI tersebut adalah permohonan maaf atas tidak dipenuhinya permohonan penangguhan penamaan KRI Usman-Harun yang sudah final dan tidak akan berubah. Sekali lagi bukan permohonan maaf Panglima TNI kepada pemerintah Singapura atas penamaan KRI tersebut,” begitu Kapuspen TNI. (jo-17)
Tidak ada komentar: