Sedihnya Hati Fahira Idris Melihat Eksploitasi Anak dan Miras di Kalangan Remaja

Fahira Idris
JAKARTA, JO- Caleg DPD RI dari daerah pemilihan DKI Jakarta ini punya kepedulian tinggi terhadap kehidupan anak-anak dan remaja di ibu kota. Dia tidak bisa menutupi kekecewaan ketika mendapati kenyataan masih banyaknya eksploitasi anak, termasuk kehidupan sebagian remaja yang sudah dirasuki minuman keras (miras).


Perasaan itu disampaikan Fahira Idris dalam berbagai kesempatan, seperti saat menjenguk Iqbal Saputra, bocah 3,5 tahun yang diculik dan dianiaya seorang pria. Dalam berbagai dialog dengan warga Jakarta, Fahira pun terus mengkampanyekan bahaya miras dan berharap generasi muda di ibu kota menjadi generasi anti-miras.

“Terus terang saya sangat sedih dengan apa yang dialami Iqbal. Hampir tiga bulan diculik dan dipaksa mengamen oleh penculiknya namun tidak terjaring razia Dinas Sosial. Andai ada pepengawasan rutin dan tegas di lapangan, saya yakin tidak ada lagi anak-anak yang diksploitasi terutama di jalanan Jakarta,” ujar Fahira di Jakarta, Selasa (8/4).

Fahira Idris sendiri sempat menjenguk Iqbal di Rumah Sakit Koja, Jakarta Utara (21/3), dan menyebut apa yang dilakukan pria yang menculiknya itu sebagai kejahatan luar biasa. “Ini sudah kejahatan luar biasa. Biadab. Pelaku harus dihukum seberat-beratnya agar ada efek jera,” kecam Fahira Idris.

Kasus penculikan anak, lanjut Fahira, kemudian dieksploitas menjadi pengemis maupun pengaman sudah menjadi modus yang sering terjadi. “Ini bisa dicegah kalau di DKI Jakarta menerapkan dengan tegas zona larangan pekerja anak di jalanan. Jadi jika ada anak di jalanan Jakarta yang ngamen atau ngemis harus segera diamankan. Dari sini bisa ketahuan apa dia korban penculikan yang dieksploitasi, atau jika dia dieksploitasi oleh orangtuanya sendiri maka tugas negara mengambil alih peran orang tua untuk membesarkan anak ini,” jelas Fahira Idris yang juga Ketua Yayasan Anak Bangsa Berdaya dan Mandiri ini,”

Namun, menurut Fahira Idris, persoalan eksploitasi anak terutama di jalanan bukan tanggung jawab Pemerintah DKI Jakarta saja. Pengawasan masyarakat akan sangat efektif mencegah terjadinya eksploitasi anak.

“Selama ini jika kita terbiasa melihat anak mengamen atau mengemis di jalanan, setelah kasus Iqbal ini sebaiknya kita berbuat sesuatu. Paling sederhana bisa lewat sosial media dengan memfoto jika masih ada anak-anak yang mengamen atau mengemis di jalan, lengkapi dengan lokasi dan waktu lalu posting dan mention ke akun-akun yang berwenang misalnya Pemprov DKI atau dinas sosial,” ajak Fahira.

Fahira berharap kasus Iqbal jadi momentum terjalin sinergi antara pemerintah, LSM dan masyarakat untuk menghilangkan eksplotaitasi anak di Jakarta.

Kota Layak Anak


Fahira juga menyebut, hingga saat ini belum ada kota/kabupaten di Indonesia yang menyandang status Kota Layak Anak (KLA). Semua kota/kabupaten di Indonesia statusnya semua masih menuju Kota Layak Anak. Memang menjadikan sebuah provinsi, kota/kabupaten layak anak bukan pekerjaan yang mudah, tetapi jika ada political will atau kemauan terutama dari pemerintah daerah maka hal ini bisa terwujud.

“Jika saya dipercaya masyarakat Jakarta menjadi anggota DPD, saya akan perjuangkan Jakarta menjadi kota layak anak atau KLA,” ujarnya.

Menurut Fahira, Jakarta memang sudah punya Perda Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak dari Tindak Kekerasan, hanya tinggal bagaimana aksi dan inovasi dari Perda ini diaplikasikan sehingga Jakarta bisa menyandang Kota Layak Anak.

“Saya punya target menjadikan Jakarta kota pertama yang menyandang itu (Kota Layak Anak). Memang aktor utama untuk merealiasikan ini adalah Pemerintah Provinsi DKI, tetapi DPD harus ‘rewel’ mendorong KLA di DKI Jakarta,” kata Caleg DPD nomor urut 11 yang juga seorang aktivis perempuan ini.

Kebijakan yang ingin diwujudkan Fahira adalah, anak-anak di Jakarta dilibatkan dalam setiap kebijakan (perda atau regulasi lainnya) di kota ini. “Karena anak-anak punya hak menentukan wajah kota tempat mereka tinggal,” ujar Ketua Yayasan Anak Bangsa Berdaya dan Mandiri yang pernah dinobatkan sebagai The Most Favourite Inspiring Woman oleh salah satu media, dan pada 2013 ini terpilih sebagai salah satu Wanita Inspiratif & Informatif di Twitter versi Fimela.com.

Salah satu ciri kota layak anak adalah banyak terdapat ruang terbuka hijau untuk bermain anak-anak. “Di Jakarta ini gudangnya perusahaan-perusahaan besar. Sudah saatnya program-program CSR mereka diarahkan untuk memperbanyak ruang terbuka hijau,” jelas Fahira Idris yang juga berprofesi sebagai pengusaha ini.

Selain itu, yang juga sangat penting, kata Fahira di Jakarta harus ada aturan tegas yang melarang anak-anak membeli apalagi mengonsumsi rokok dan minuman keras. “Lihat saja yang terjadi sekarang, anak-anak SMP, bahkan SD sudah bebas beli rokok, beli miras. Tidak ada aturan. Kondisi ini sudah terjadi puluhan tahun, dan kita sudang anggap biasa. Jika kondisi seperti ini masih terjadi, sampai kapanpun, Jakarta tidak akan pernah menyandang kota layak anak,” ungkap putri pertama Mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris yang juga Ketua Gerakan Nasional Anti-Miras.

Belum lama ini, Fahira juga menerbitkan buku "Say: No Thanks" sebagai bagian dari kampanye mencegah miras di kalangan pelajar. Fahira Idris kemudian  membagikan 100 buku Anti Miras berjudul Say: No, Thanks, kepada para pelajar pada saat car free day, di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, (23/3) lalu. (jo4/jo-7)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.