Gagasan Jokowi soal Pesawat Pengintai Tanpa Awak dan "Tol Laut" Dinilai Brilian
Evita Nursanty |
"Itu brilian. Sangat to the point, langsung ke akar persoalan," kata anggota Komisi I DPR Evita Nursanty di Jakarta, Senin (26/5).
Menurut Evita, apa yang disampaikan Jokowi ide dasarnya adalah bagaimana membuat kontrol atau pengawasan modern, efektif dan efisien terhadap sektor-sektor yang jika dioptimalkan akan mempercepat kesejahteraan rakyat, mengurangi gap perkembangan antardaerah, sekaligus meningkatkan upaya mempertahankan kedaulatan NKRI.
Jokowi menyampaikan gagasan mengenai pengoperasian tiga pesawat tanpa awak itu saat berada di Banjarmasin, kemarin. Menurutnya, pesawat tanpa awak ini akan mengawasi illegal fishing, illegal mining, illegal logging hingga memback up keamanan perbatasan.
Sebelumnya Jokowi juga melontarkan gagasan untuk pengembangan "Tol Laut" yang dimaksudkannya untuk memberikan kemudahan bagi transportasi nasional sehingga tidak terjadi disparitas tinggi antardaerah.
Menurut Evita, yang adalah politisi PDI Perjuangan ini, pihak lain tidak perlu iri atau underestimated dengan gagasan ini. Meknologi pesawat pengintai tanpa awak, kata Evita, bukanlah barang yang sulit dan industri strategis kita punya kemampuan hebat untuk urusan ini, misalnya dengan memadukan PT Dirgantara Indonesia, PT LEN, PT INTI dan lainnya. Gagasan ini juga bisa diartikan sebagai upaya memperkuat industri strategis Indonesia.
Tapi, kata Evita, letak kehebatan lain gagasan itu adalah bagaimana Jokowi sangat concern terhadap persoalan bagaimana membuat pengawasan ini menjadi efektif dan kita memberdayakan seluruh upaya untuk kesejahteraan rakyat di semua daerah tidak ada lagi disparitas yang terlalu tinggi antardaerah seperti sekarang.
"Itu berangkat dari persoalan di lapangan sebab hingga hari ini kita masih sangat direpotkan dengan aktivitas illegal logging, illegal fishing, illegal mining, dan lainnya, yang telah merugikan indonesia sangat besar namun hampir tidak ada progress. Jokowi mencoba memikirkan pendekatan baru," katanya.
Diingatkan Evita, kerugian akibat illegal fishing hampir Rp100 triliun setiap tahun, kerugian akibat tambang liar juga mencapai Rp 80 triliun, illegal logging hampir Rp30 triliun. Belum lagi dengan biaya transportasi yang tinggi antarpulau yang membuat disparitas harga sangat tinggi antarsatu daerah.
Termasuk bahaya-bahaya berupa ancaman keutuhan NKRI dari luar, khususnya di daerah perbatasan. "Jadi gagasan Jokowi itu justru visioner mencoba mendekatkan persolan kesejahteraan dengan kedaulatan negara. Ini justru brilian," kata Evita Nursanty.
Dalam konteks perbatasan, Indonesia nanti akan bisa memiliki daya deteksi ancaman yang kuat sehingga TNI kita semakin kuat. Apalagi industri strategis kita punya kemampuan untuk membuat pesawat pengintai secanggih apapun.
Soal siapa yang akan mengoperasikan, lanjut Evita, tentu bisa dipikirkan bersama karena ada banyak pihak yang terkait di sini mulai TNI AU, TNI AD, TNI AL, Kepolisian, Kementerian Kehutanan, Kementerian Perikanan, Kementerian ESDM dan lainnya.
Sementara terkait “Tol Laut”, Evita mengakui persoalan disparitas harga-harga barang mulai dari harga-harga kebutuhan pokok, BBM dan lainnya, harus dicarikan solusinya karena hal inilah yang membuat perkembangan daerah di Indonesia lamban.
“Persoalan transportasi menjadi persoalan serius bagi kita negara maritime. “Tol Laut” menjadi solusinya, bagaimana kita dapat menurunkan biaya logistik sehingga semua daerah dapat mengalami perkembangan yang sama-sama maju, dan harga-harga tidak berbeda jauh antardaerah seperti sekarang,” kata Evita.
Pemanfaatan jalur pelayaran secara tepat dan pengaturan armada menjadi bagian dari gagasan ini. Evita mengaku heran dengan tingginya harga-harga barang di Papua maupun di daerah Indonesia Timur lainnya dibandingkan dengan di Pulau Jawa dan daerah lain.
“Intinya bagaimana menghilangkan berbagai hambatan yang terdapat di jalur transportasi, jadi bukan membangun jalan tol di atas laut. Nanti kita butuh management transportasi yang lebih bagus, dengan dukungan pelabuhan dan armada yang kuat, sesuai karakteristik kita sebagai negara maritime. Ini juga untuk keadilan,” sambungnya.
Masih menurut Evita, Indonesia perlu terobosan baru, dan hal itu dipikirkan Jokowi secara serius. "Itu sebabnya saya katakan kita bakal punya pemimpin baru yang melakukan perubahan baru dengan pendekatan yang baru. Sekali lagi ini adalah gagasan brilian," begitu Evita. (*)
Mengunjungi London? Cek Daftar Hotel, Bandingkan Tarif dan Baca Ulasannya
Tidak ada komentar: