Lima Tahun ke Depan, Indonesia akan Masuki Era Emas Pariwisata dan Kreatif
Prabowo Subianto dan Joko Widodo |
Keyakininan itu disampaikan anggota DPR RI dari Fraksi Partai Hanura, Iqbal Alan Abdullah, di Jakarta, Kamis (19/6), berdasarkan track record yang sudah ditunjukkan pasangan capres-cawapres Joko Widodo dan Jusuf Kalla selama ini dalam bidang pariwisata dan industri kreatif, serta mengacu kepada kekuatan riil Indonesia saat ini untuk bersaing di panggung dunia.
“Saya sangat yakin pariwisata Indonesia akan memasuki era baru atau era emas yang belum pernah dicapai sebelumnya. Syaratnya harus ada perubahan mendasar dari sisi strategi atau pendekatan. Industri ini harus kita dorong full speed,” kata Iqbal.
Vice President The Asian Federation of Exhibition and Convention Associations (AFECA) yang juga ketua umum DPP Indonesia Congress and Convention Association (INCCA) ini menjelaskan pihaknya kini sedang menyusun strategi besar untuk dapat mewujudkan gagasan-gagasan Jokowi-JK ini.
“Seperti kita tahu pariwisata dan industri kreatif ini memiliki daya ungkit yang luar biasa untuk memajukan sektor lain, termasuk dalam rangka strategi besar Indonesia untuk menjadikan Indonesia pemain utama di tingkat regional maupun global,” katanya.
Termasuk dalam hal ini adalah bagaimana mendorong penerimaan wisatawan dan devisa yang meningkat dua kali lipat dari era sebelumnya, menciptakan jutaan lapangan kerja baru, penguatan produk lokal dan pemberian nilai tambah, pengembangan wisata maritime dan MICE, pembaruan dari sisi pemasaran dan promosi, hingga pengembangan dunia usaha pariwisata dan kreatif yang disiapkan untuk membawa bendera Indonesia di kancah global.
Iqbal menyebut era 2004-2014 sebagai era penting dalam perjalanan pariwisata Indonesia karena berhasil melampaui angka 6 juta wisman yang mengalami stagnasi selama 2 dekade, lalu pada 2013 melompat menjadi 8,6 juta. Tahun 2014 ini diharapkan akan naik lagi menjadi 9,3 juta. Angka ini akan dipacu memasuki angka pertumbuhan dua digit untuk 10 tahun ke depan, hingga angka mencapai 20 juta wisman tahun 2019/2020.
Dari sisi penyediaan lapangan kerja, lanjut Iqbal, industri pariwisata mempekerjakan mulai tenaga kerja dalam kategori skill maupun unskill, dan langsung maupun tidak langsung. Sebagai perbandingan untuk industry Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) saja, kekuatan industri ini jauh melebihi kekuatan industri otomotif di berbagai negara maju seperti Amerika Serikat.
“Kita juga perlu melakukan penguatan produk lokal kita untuk hotel-hotel, mulai dari produk pertanian seperti sayur dan buah, penggunaan material lokal untuk pembangunan hotel dan akomodasi lainnya, hingga penggunaan mata uang lokal dalam setiap transaksi yangdilakukan di wilayah NKRI,” sambungnya.
Perlunya pengaturan yang tegas soal penggunaan produk dalam negeri itu, menjadi sumbangsih besar sektor pariwisata untuk para petani dan nelayan lokal, serta sektor perindustrian dan perdagangan. “Kita harus menahan impor untuk produk-produk perhotelan, kita harus mendorong program kemitraan secara positif dan meningkatkan kualitas pertanian kita sehingga mampu bersaing secara internasional.”
Pemain Global
Dikatakan, selain aspek perubahan-perubahan mendasar dalam urusan peranggaran, pendekatan baru pemasaran dan promosi pun akan dilakukan sehingga lebih efektif sesuai pasar yang ada dan harus ada perbaikan dari sisi mentalitas aparatur sesuai skema baru yang dikembangkan terkait reformasi birokrasi.
Yang tidak kalah penting, begitu Iqbal, 5 tahun ke depan akan menjadi era baru ekspansi dunia usaha berbendara Indonesia ke tingkat regional ASEAN dan global.
“Saatnya kita bergerak menjadi pemain regional dengan mendorong keunggulan lokal kita dan membawa mereka tidak lagi sekadar bisa bertahan sebagai pemain lokal, tapi harus mampu mengambil manfaat ke luar. Kita harus mendorong setidaknya BUMN kita ke sana, termasuk dunia usaha pariwisata dan kreatif yang mumpuni, mereka bisa saja yang bergerak di bidang perhotelan, travel, professional organizer, kuliner, industry music, fashion dan lainnya,” kata Iqbal.
Sebagai contoh, menurut Iqbal, hingga kini terus menjadi pertanyaan mengapa Indonesia yang begitu kaya dengan kuliner, dan terkenal dengan keramahtamahannya, tidak bisa menancapkan kakinya di bisnis ini.
“Coba lihat saja, jarang sekali ditemukan ada merek kuliner Indonesia di bandara utama di dunia. Itu contoh kecil saja. Dalam bisnis hotel juga, India, Thailand misalnya sudah berkibar di luar. Mereka tentu membawa bendera nasionalnya. Itu bisnis dan sekaligus promosi terbaik untuk nilai-nilai Indonesia,” kata Iqbal Alan Abdullah.
Menurut Iqbal lagi, pihaknya sudah memetakan sejumlah persoalan penting untuk mengatasi sejumlah kendala yang ada, antara lain mengenai akses perbankan, SDM, infrastruktur, hingga kerjasama lintassektor. (jo-2)
Mengunjungi London? Cek Daftar Hotel, Bandingkan Tarif dan Baca Ulasannya
Tidak ada komentar: