DPD Kecam Keras Pembunuhan Sadis di Lumajang
DPD RI |
Menurut Wakil Ketua Komite III DPD Fahira Idris, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta (29/9), tidak hanya perbuatan kriminal tetapi juga telah menginjak-nginjak hukum dan konstitusi negara.
“Bayangkan di negara yang hukum katanya jadi panglima ini, ada sekelompok orang dengan mudahnya menyiksa dan menghabisi nyawa orang lain, terang-terangan, di muka umum bahkan di depan Balai Desa yang merupakan simbol negara di desa. Apa namanya kalau bukan menginjak-nginjak hukum dan konstitusi negara,” tegas Fahira Idris.
Menurut Fahira, kejadian di Lumajang harus jadi peringatan bagi negara bahwa hak mendapatkan keamanan yang merupakan hak dasar rakyat yang dijamin konstitusi belum sepenuhnya terpenuhi. Pelakunya harus dihukum seberat-seberatnya termasuk otak dibalik kejahatan kemanusian ini.
Fahira meminta, Presiden Jokowi sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan harus turun tangan menyelesaikan persoalan ini. Kejadian di Lumajang adalah kejahatan serius sehingga harus juga ditangani secara serius untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap wibawa pemerintah dalam melindungi warga negaranya.
Cek hotel di Lombok, bandingkan harga dan baca ulasannya | Liburan ke Surabaya? Cari hotel, bandingkan tarif dan baca ulasannya | Cek hotel di Parapat, Danau Toba, bandingkan harga dan baca ulasannya | Jalan-jalan ke Las Vegas? Temukan harga hotel terendah
“Saya berharap Presiden instruksikan langsung Kapolri untuk mengusut tuntas kasus ini. Para pelaku pembunuhan ini secara tidak langsung sudah menantang negara karena melakukan tindakan kejahatan secara terang-terangan. Mereka seakan-akan menganggap tidak ada hukum negeri ini. Orang-orang seperti ini harus dihukum seberat-beratnya,” ungkap Senator Asal Jakarta ini.
Selain di Lumajang, lanjut Fahira, di daerah-daerah lain di Indonesia masih banyak bersemai konflik antara penduduk desa atau warga dengan para pemilik tambang yang berpotensi melahirkan tindakan-tindakan kekerasan.
“Konflik terkait tambang pasir di Lumajang ini kan bukan sehari dua hari terjadi. Harusnya aparat sudah bisa mendeteksi potensi-potensi kekerasan karena sebelum kejadian pembunuhan ini, warga dan korban sedang mempersiapkan aksi damai menolak pertambangan pasir di desanya. Seharusnya bisa dicegah,” ujar Fahira.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Sabtu (26/9) lalu, dua orang petani di Desa Selok Awar-Awar, Lumajang, Jawa Timur, dianiaya sekelompok orang karena menolak tambang pasir di wilayah tersebut. Korban Salim Kancil meninggal dan Tosan sedang kritis di rumah sakit. (jo-4)
Tidak ada komentar: