Periode Januari-Agustus Pertamina Rugi 15,2 Triliun
Ilustrasi |
Direktur Jenderal Migas di Kementerian ESDM Wiratmaja Puja mengatakan bahwa dua opsi untuk menutupi kerugian itu, yakni opsi pertama dengan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) dan kedua melalui dana ketahanan energi yang saat ini sedang diusulkan.
PT Pertamina (Persero) mengaku masih merugi meski harga minyak dunia terus mengalami tren penurunan. Pernyataan terbaru dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Migas itu menyebutkan angka kerugiannya mencapai Rp 15,2 triliun.
"Untuk diketahui dulu sejak 2015 awal sudah disebutkan oleh pemerintah juga oleh Pak Menteri ESDM (Sudirman Said), bahwa untuk jual premiun sampai rugi Rp 12 triliun, sampai hari ini Rp 15,2 triliun," ujar Coorporate Secretary Wisnuntoro dalam acara diskusi energi di Jakarta, Minggu (20/9) lalu.
Cek hotel di Lombok, bandingkan harga dan baca ulasannya | Liburan ke Surabaya? Cari hotel, bandingkan tarif dan baca ulasannya | Cek hotel di Parapat, Danau Toba, bandingkan harga dan baca ulasannya | Jalan-jalan ke Las Vegas? Temukan harga hotel terendah
Kerugian disebabkan harga jual premium yang tak sesuai harga perekonomian. Menurut Wisnuntoro, harga perekonomian bahan bakar minyak dengan RON 88 adalah Rp 7.700 hingga 7.800 per liter, bukan Rp 7.400 per liter seperti yang dijual Pertamina saat ini.
Selain itu, Pertamina juga menyebut melorotnya nilai tukar rupiah menjadi salah satu penyebab membengkaknya kerugian Pertamina.
Dengan evaluasi harga premium 6 bulan sekali, Wisnuntoro mendukung skema dana stabilitas BBM yang memungkinkan harga BBM tak diturunkan saat harga minyak dunia turun.
Berhubung dengan skema itu pemerintah akan ada uang lebih berkat penjualan harga Premium. Nantinya uang itu akan digunakan pemerintah untuk menjaga harga BBM saat harga minyak dunia naik. (amin)
Tidak ada komentar: