Kapal Tradisional "Solu Solu" Digusur Oknum Mandor dari Dermaga Ajibata
Kapal solu-solu kini kehilangan tempat sandar di Ajibata. |
Saat ini dermaga Pemda yang sebelumnya tempat bersandarnya kapal solu solu telah ditinggikan dan dikuasai kapal Tomok Tour berukuran lebih besar.
Penggusuran secara sepihak tersebut disesalkan oleh para pengusaha kapal tradisional solu solu akibat ulah oknum inisial GS hanya seorang mandor kapal Tomok Tour.
"Dimanakah perhatian aparat pemerintah dan anggota DPRD Tobasa. Kapal kami digusur dari dermaga Pemda tanpa alasan. Tiba tiba dilarang oleh oknum tidak ada perhatiannya," ungkap Pak Ayu Nadapdap, salah seorang pemilik kapal solu solu di Ajibata, Jumat (13/5).
Pak Ayu menuturkan, masalah ini sudah berlangsung satu bulan. Sebagai akibatnya pihaknya kini kesulitan bersandar menurunkan penumpang. Kalau bersandar di pantai yang dangkal belakang rumah orang tanpa permisi, pasti diusir.
"Padahal,setiap pagi dan sore hari kami harus menghantar dan jemput penumpang pelajar SMA dan SMP yang menimba ilmu di daerah Ajibata maupun masyarakat pesisir Danau Toba untuk menyeberang ingin berbelanja kebutuhan pokok setiap minggu dengan menggunakan kapal solu solu ini tidak memiliki tempat bersandar lagi,ya bersandar dimana tempat yang lebih rendah aja Pak," keluhnya.
Kapal solu-solu ini sandar di dermaga Ajibata berasal dari sejumlah daerah di pinggiran Danau Toba, seperti Sigapiton, Horsik, Sirungkungon, Silimalombu, Tubaringin, Lontung dan lainnya. Daerah asal kapal itu juga banyak dari daerah Tobasa.
Dia pun berterimakasih kepada keluarga Oppu Asi karena masih memberikan tempat bersandar kapal solu solu walaupun harus terpaksa sebab kondisi dermaga cukup tinggi. Selama ini, lokasi sandar mereka memang ada di lokasi pemda karena lebih rendah, namun akibat ditinggikan karena perintah GS, kapal-kapal itu kini terlantar.
Bahkan, penimbunan yang dilakukan GS juga menggusur para pedagang ikan dan daging yang sebelumnya ada di atas warung yang didirikan GS.
"Kami berterima kasih karena dermaga Oppu Asi Sirait mau menerima kami meskipun memang lebih tinggi dermaganya. Sebelumnya dermaga ini tempat bersandar kapal Tomok Tour," ungkapnya.
Dia pun berharap kepada Bupati Tobasa, Kadishub dan anggota DPRD Tobasa bisa melihat persoalan ini secara jernih, dan jangan karena satu orang yang membuat ulah semua menjadi rusak, dan yang rugi masyarakat kebanyakan.
Mudah-mudahan, sambung dia, masalah ini bisa cepat diselesaikan, dan kondisi kembalikan seperti semula tempat bersandarnya kapal solu solu di dermaga yang kini dikuasai kapal KM Tomok Tour.
"Pelabuhan milik Pemda ini bukan milik kapal Tomok Tour apalagi milik pribadi. Pelabuhan ini untuk masyarakat, jadi semua kalangan masyarakat bisa menggunakannya.Tindak tegas oknum oknum yang merusak hubungan baik antara pemilik kapal, pengguna dan pemerintah,"pintanya.
Terkait pindahnya tempat sandar KM Tomok Tour dari area dermaga Oppu Asi Sirait, Budi Napitu, salah seorang warga Ajibata lainnya yang juga masih keluarga Oppu Asi Siait, juga mengaku heran akan kebohongan yang disampaikan GS yang menyebut seakan pihak Oppu Asi Sirait yang mengusir kapal KM Tomor Tour.
"Tidak ada pengusiran KM Tomok Tour dari dermaga Oppu Asi Sirait. Selama 40 tahun ini tidak ada masalah kok dengan kapal. Yang benar adalah GS secara pribadi menyewa kios di areal pelabuhan milik Oppu Asi dan tidak membayar sekian lama, lalu GS disuruh pindah dari sana. Jadi tidak ada hubungan dengan kapal KM Tomok Tour sebab yang punya masalah wanprestasi itu GS pribadi bukan kapal," sambungnya.
Menurutnya, GS sengaja berbohong membawa-bawa nama kapal agar dia bisa menduduki lahan dermaga milik pemda, dan mendirikan warung di areal dermaga pemda. Hal itu juga diakui Kepala Dinas Perhubungan Tobasa P Sianipar, bahwa GS melapor kepadanya kapal KM Tomok Tour diusir dan bahwa dirinya meminta dibangun tempat untuk ruang tunggu.
P Sianipar mengaku tidak tahu kalau ternyata pengusiran KM Tomok Tour tidak benar, dan ruang tunggu yang dimaksud ternyata adalah warung pribadi GS.
"Semua dia bohongi, baik itu pemilik kapal, Dinas Perhubungan dan masyarakat lain. Dia putar balik semua fakta, tapi kasihannya dia akhirnya terjepit sendiri karena semua orang kini tahu," kata Budi Napitu.
Dikatakan, sudah 25 tahun GS menyewa tempat usaha di pelabuhan Oppu Asi Sirait, dan harusnya dia bicara baik-baik. Sayangnya, GS malah membuat persoalan-persoalan baru yang membuat makin kusut, seperti semena-mena mengusir kapal lain, seperti kapal solu-solu tadi, mengusir pedagang dan lainnya.
"Sebagai bagian dari keluarga Oppu Asi Sirait kami sangat menyesalkan prilaku GS yang justru kemudian semena-mena mengusir kapal solu-solu, mengusir pedagang, melanggar izin pembangunan warung pribadi dengan dalih ruang tunggu di dermaga, dan mengadu-domba warga. Padahal kita ingin semua masyarakat maju baik yang ada di areal pemda maupun yang bukan adalah sama-sama masyarakat Tobasa," katanya.
Menurut Budi, pihaknya ingin terminal dan pelabuhan berfungsi dengan baik dan berkembang mendorong pembangunan daerah, sebab dengan begitu akan banyak tamu yang datang dan masyarakat pun meningkat ekonominya.
"Jadi jangan diadu-domba masyarakat kita itu, apalagi kalau disebut kita tidak mendukung refungsi terminal. Itu keliru besar. Kita sangat dukung kemajuan, sebab itu akan membawa masyarakat dan daerah semakin maju. Dia perlu ingat tahun 1974 areal pemda ini adalah milik Oppu Asi Sirait yang setelah dibujuk bupati saat itu akhirnya dijual ke pemda. Saat itu pemikiran Oppu Asi Sirait adalah bagaimana agar Ajibata maju dan pemerintah bisa membangunnya. Jadi semangatnya adalah membangun semua masyarakat, itulah cita-cita Oppu Asi Sirait," sambungnya. (jo-6)
Sebelum ke Yogyakarta, Cek Dulu Tarif Hotel dan Ulasannya Ke Bandung? Cek Dulu Hotel, Tarif dan Ulasannya Disini Cek hotel di Lombok, bandingkan harga dan baca ulasannya Liburan ke Surabaya? Cari hotel, bandingkan tarif dan baca ulasannya Cek hotel di Parapat, Danau Toba, bandingkan harga dan baca ulasannya
Tidak ada komentar: