Sudah Masuk G-20, Jokowi: Indonesia Jangan Inferior Minta Bantuan Terus, Saatnya Membantu
Presiden Jokowi saat membuka Raker Kepala Perwakilan RI di Kemenlu, Jakarta, Senin (12/2/2018). |
Saat membuka Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI di Kementerian Luar Negeri, Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Jakarta, Senin (12/2) pagi, Presiden Jokowi dengan tegas meminta kepada seluruh menteri untuk tidak lagi mencari-cari bantuan-bantuan. Sebaliknya, saat ini Indonesia harus memberikan bantuan.
"Jangan lagi merasa inferior. Saya sudah sampaikan kepada kepada seluruh menteri, agar kita ini tidak lagi mencari-cari bantuan-bantuan. Kita ini sudah seharusnya membantu, membantu, membantu,” kata Presiden Jokowi.
Menurut Presiden, harus dibalik karena sekarang Indonesia bantu negara-negara yang memang butuh bantuan, semestinya dibantu, dianggarkan.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyampaikan hasil kunjungannya ke beberapa negara di Asia Tengah dan Selatan, beberapa waktu lalu, di antaranya mengunjungi kamp para pengungsi di Cox’ Bazar, Bangladesh, dan juga Afghanistan, yang sedang membangun kembali perdamaiannya dari reruntuhan persatuannya.
“Kembali Indonesia juga diundang untuk membantu. Kita juga terus membantu perjuangan saudara-saudara kita di Palestina melawan penindasan dan ketidakadilan,” kata Presiden seraya menambahkan, bahwa seluruh upaya diplomasi perdamaian dan kemanusiaan adalah tugas konstitusional yang harus ditunaikan.
Pada bagian lain arahannya, Presiden Jokowi menyinggung mengenai perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI). Ia mengingatkan, jangan sampai WNI yang mau mengurus masalah izin, paspor atau visa, memerlukan waktu sampai berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Baca hotel terbaik di Paris, tulis komentarmu
Bandingkan harga hotel dan reviewnya di New York City
Baca review rental liburan di seluruh dunia
Ada apa di London? Cari hotel termurah dan nyaman disana!
“Sudah enggak zamannya lagi. Saya ingin kedutaan besar kita menjadi contoh bagi instansi lain, urusan seperti itu seharusnya selesai hitungan menit atau jam,” tegas Presiden.
Presiden menghargai dan mengapresiasi berbagai langkah yang telah dilakukan dalam menciptakan standardisasi dalam sistem perlindungan WNI di luar negeri melalui penguatan instrumen hukumnya, penguatan kapasitas SDMnya, penyadaran publik.
“Aplikasi sistem, yang tadi diterangkan oleh Pak Ngurah (Dubes Indonesia untuk Singapura, red) juga memberikan perlindungan kepada warga kita. Namanya siapa, alamat di mana bisa di cek, nomor telepon berapa, dia pergi ke mana saja kelihatan,” terang Presiden.
Untuk itu, Presiden mengingatkan perlunya kerja sama Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Dalam Negeri mendata seluruh WNI yang ada di luar negeri, sehingga nantinya hanya ada satu database WNI kdi luar negeri menjadi jelas.
Diakui Presiden, yang sulit adalah yang masih ilegal. Karena itu, lanjut Presiden, yang di sananya (di luar negeri) diperbaiki, yang nanti yang di sini (dalam negeri) juga akan diperbaiki agar yang ilegal-ilegal ini betul-betul bisa kita pangkas.
“Saya yakin jika kita memiliki single database yang baik, maka perlindungan terhadap WNI akan semakin baik,” ujar Presiden Jokowi seraya menambahkan, bahwa dirinya sudah memerintahkan kepada seluruh kementerian/lembaga untuk membantu proses ini, sehingga baik Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, BNP2TKI, kedutaan besar, konjen, agar terus meningkatkan pelayanan kepada WNI di mana pun mereka berada.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menko Polhukam Wiranto, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Mensesneg Pratikno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Wakil Menlu A.M. Fachir. (jo-2)
Tidak ada komentar: