Sosialisasi Empat Pilar, Rahmijati Jahja: Teladani Sikap Rela Berkorban Pahlawan
Rahmijati Jahja saat melaksanakan sosialisasi di Gorontalo, Minggu (22/7/2018). |
Hal itu disampaikan Rahmijati Jahja dalam Sosialisasi Empat Pilar di Gorontalo, Minggu (22/7/2018), dengan tema khusus “Makna Pahlawan dalam Kaitan dengan Nilai Kebangsaan”.
“Saya mengajak masyarakat untuk merenungkan kembali tentang sejarah perjuangan Raja Panipi yang rela berkorban mempertahankan daerah tercinta dari ancaman para penjajah. Semangat dari Raja Panipi ini mampu menggugah semangat kita bersama untuk melakukan sebuah perbaikan bukan hanya sekedar perenungan tanpa makna,” kata Rahmijati Jahja.
Dikatakan, sejarah membuktikan rasa nasionalisme yang tinggi dari seorang patriot sejati yang ditunjukkan oleh Raja Panipi patut dijadikan teladan untuk mengisi hasil dari perjuangannya dengan membangun daerah tercinta ke arah yang lebih maju sesuai dengan apa yang dicita-citakannya dulu.
“Dan semangat ini harus kita teruskan,” sambungnya.
Banyak hikmah yang bisa dipetik. Masyarakat diharap untuk terus mengenang jasa mereka para pejuang terdahulu yang rela berkorban untuk memerdekakan daerah tercinta dari penjajahan.
Rahmijati Jahja menjelaskan secara umum bahwa pahlawan adalah seseorang yang telah berjuang mengorbankan waktu, jiwa dan raganya demi kebaikan orang banyak. Jika dinisbatkan kepada Islam "Pahlawan Islam" berarti seorang muslim yang berjuang mengorbankan waktu, jiwa dan raganya demi kebaikan (kemuliaan) Islam dan umatnya.
Dalam terminologi Islam, seorang muslim atau muslimah yang mati karena membela kehormatan diri, harta, nyawa dan agamanya disebut syahid. Bahkan orang yang mati disebabkan tenggelam atau terkena penyakit dapat pula disebut syahid termasuk seorang ibu yang wafat dalam proses melahirkan.
Bahkan Senator yang Muslimah taat ini mensitir Hadist Dalam Sahih Bukhari disebutkan, "Menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, menceritakan kepada kami Malik dari Sumyyin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah: bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Syuhada itu ada lima, yaitu Orang yang mati terkena cacar, orang yang mati karena diare, orang yang mati tenggelam, orang yang mati tertimpa runtuhan (longsor), dan orang yang syahid di jalan Allah." (Al-Bukhari, Kitab As-Sayru Wal-Maghazi: 2617)
Sedangkan dalam Sahih Muslim disebutkan pula, "Dari Abu Hurairah, katanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Apa yang kalian ketahui tentang syahid?" Sahabat menjawab: Barangsiapa yang terbunuh di jalan Allah maka dia syahid" Lalu Rasulullah bersabda: "Kalau begitu syahid di kalangan umat ku sedikit", Sahabat berkata lagi, kalau begitu siapakah mereka ya Rasulullah? Rasulullah bersabda: Barang siapa yang terbunuh di jalan Allah maka dia syahid, barang siapa yang mati di jalan Allah, maka dia syahid, barang siapa yang mati karena cacar maka dia syahid, siapa yang mati terkena diare dia syahid." (Sahih Muslim, Kitaabul Imaarah:3539)
Terkait dua hadis di atas, Imam Nawawi dalam syarah Muslim menjelaskan, Para ulama berkata: "Yang dimaksudkan syahid di atas adalah selain syahid Fie sabilillah (terbunuh ketika berperang di jalan Allah), mereka itu di akhirat memperoleh pahala para syuhada. Adapun di dunia, mereka dimandikan dan disalatkan".
Menurutnya, dalam kitab Al-Iman telah dijelaskan masalah ini. Adapun syuhada, terbagi kedalam tiga jenis: Syahid dunia dan akhirat, yaitu yang terbunuh ketika berperang melawan kafir, dan syahid akhirat, hukum dunia terhadapnya tidak diperlakukan sebagaimana layaknya orang yang terbunuh di jalan Alah, mereka inilah yang dimaksudkan syahid (secara umum) dalam hadis ini, dan syahid dunia, yaitu orang yang berperang karena mencari ghanimah dan berpaling dari peperangan."
“Sesungguhnya para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini, yang kita ketahui maupun yang tidak, mereka hidup di hati kita. Jadi sebetulnya pahlawan itu tidak pernah mati, karena jasa-jasanya selalu dikenang oleh orang banyak. Kebaikannya selalu tertabur dalam jiwa umat, sehingga tak pernah sirna untuk dikenang dan didoakan arwahnya setiap saat. Meskipun secara lahiriyah sudah mati, namun secara hakiki belum, ia mati tetapi hidup,” ucap Rahmijati Jahja. (jo-2)
Tidak ada komentar: