Pusuk Buhit Sianjur Mula-mula, Asal Muasal Suku Batak
Pusuk Buhit |
Pusuk Buhit terletak di Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara (Sumut). Pusuk Buhit, Sianjur Mula-mula disebut sebagai awal mula bangso Batak (mula toppa), awal pengetahuan baik dan buruk (mula ni parbinotoan).
Bangso Batak, keturunan Raja Batak (Raja Tantan Debata), suatu kepercayaan bangso Batak bahwa leluhurnya Raja batak telah dituntun sang pencipta sampai ke Pusuk Buhit untuk bermukim dan berkembang.
Menurut kepercayaan Batak, bahwa dahulu kala, Raja Batak bersama istri, tinggal di sebuah gua di kawasan Pusuk Buhit. Namun, untuk bercocok tanam, mereka memilih tempat di Huta (Desa) Sagala.
Anak dari Raja Batak ada 3, yaitu : 1. Na Marata gelar Guru Tatea bulan, 2. Raja Isumbaon dan 3. Toga laut (namun sejarah dan keturunannya tidak berlanjut, kemungkinan telah pergi ke Toraja.
Dari anak pertama, Guru Tatea Bulan dan anak kedua, Raja Isumbaon lah yang masih jelas keturunannya, dan sampai saat ini telah tercatat sekira 400 marga-marga yang tersebar di delapan penjuru mata angin.
Namun yang jelas pada awalnya, bahwa keturunan Raja Batak, telah berpencar seiring perkembangan jumlah penduduk, dan juga sifat ekspansinya, pergi ke wilayah Simalungun, Tapanuli utara hingga Tapanuli Selatan, Tapanuli tengah, Karo, Dairi, Pakpak Bharat hingga ke seluruh penjuru mata angin. Mungkin kalau ada 72 penjuru mata angin, disitu pasti ada orang Batak.
Leluhur Batak dikenal sebagai yang taat kepada sang pencipta langit dan bumi beserta seluruh isinya. Leluhur Batak menyebut Sang pencipta sebagai “Mula Jadi Na bolon”, yang kalau diartikan secara harfiahnya yaitu “Mula = awal, Jadi = ada, Na bolon = yang sangat besar. Atau artinya, Yang Awal Ada dan Maha Besar.
Leluhur Batak terkenal sebagai orang yang secara rutin melakukan ritual (bersyukur, bermohon segala sesuatunya) kepada Mula Jadi Na bolon, dengan memilih tempat di Pusuk buhit (tempat yang sepi dan sakral, yang diyakini agar lebih dekat kepada Sang pencipta).
Itulah sebabnya, sampai saat ini, keturunan Raja Batak masih ada yang tetap melakukan cara-cara ritual tersebut, untuk melestarikan budaya warisan. (josm 01)
Tidak ada komentar: