Kalah Pemilihan, Calon LPM di Depok Minta Uang Dikembalikan
Minta amplop dikembalikan. |
Dia mengaku mengeluarkan uang jutaan rupiah dan diberikan pada pengurus RW di Kelurahan Bedahan. “Amplop yang dikeluarkan semua totalnya 22. Nominal Rp 1 juta per amplop. Berarti totalnya Rp 22 juta. Dibagikan kepada RT dan perwakilan, dibagikan dengan tokoh agama, tokoh perempuan atau kader,” kata Tatang di rumahnya di Bedahan, Kamis (1/12/2022).
Dari 22 amplop yang disebarnya, dia hanya mendapat dua suara saja. Tatang pun kesal dengan hasil yang didapat karena tak sesuai ekspektasi. Dia pun meminta agar amplop yang diberikan pada pengurus RW dikembalikan.
“Penjelasan untuk yang saya share beberapa RW masalah pencalonan LPM, supaya buat tamparan penzoliman untuk diri saya. Oleh karena itu saya merasa tidak puas karena yang bersangkutan tidak minta maaf, tidak ada itikad baik ke rumah saya. Dan saya sebagai warga negara Indonesia merasa terpanggil untuk ibadah untuk jihad memberantas orang munafik,” ujarnya.
Dirinya bukan pertama kali ikut dalam pencalonan LPM. Tiga tahun lalu, Tatang sudah pernah mencalonkan diri namun tidak menang dan hanya memperoleh 48 suara diantara tiga kandidat yang maju. Dia mengaku saat itu tidak melakukan menyebarkan amplop saat pemilihan.
“Tiga tahun lalu saya menyalonkan LPM dan saat itu ada tiga kandidat. Saya tidak ada indikasi money politics, saya cuma punya uang Rp 300 ribu, tapi alhamdulillah saya bisa jadi pengantin (calon) dan dapat suara 48 suara pada saat tiga tahun lalu. Saya punya visi misi dan program,” ceritanya.
Tatang Bangor, sapaan akrabnya keinginannya maju sebagai Ketua LPM Kelurahan Bedahan adalah untuk membangun lingkungan dan beribadah. Dirinya memiliki tekad untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki agar bisa dirasakan manfaatnya bagi lingkungan Kelurahan Bedahan. Namun pada pencalonan tahun 2022, Tatang mengaku mengikuti apa yang menjadi ‘budaya’.
“Dari awal saya bicara seperti itu, dan saya intinya mau ibadah di masyarakat. Saya mau tunjukin skill saya. Sekarang di bulan november 2022 saya punya niatan (mencalonkan LPM), ternyata nuansanya seperti ini. Jadi harus saya jalankan (nyebar amplop) ternyata kemunafikan- kemunafikan muncul,” bebernya.
Tatang menjelaskan mengapa akhirnya dia harus menyebar amplop sebagai ‘pelicin’ agar banyak yang memilihnya. Menurutnya, hal itu adalah ‘budaya’. Dia mengaku awalnya tidak mau bertindak demikian namun terpaksa mengikuti ‘budaya’ tersebut.
“Karena sudah budaya ya kalau saya pikir ya, mungkin orang lain tidak vokal, tapi saya vokal. Saya dari awal tidak mau seperti itu, saya orang organisasi, saya berisiko pasti tapi akan saya tanggung risikonya. Saya pun melangkah seperti ini saya siap jadi arang ya arang, jadi abu ya abu, saya jihad fisabilillah,” akunya.
Dari 22 amplop yang disebar, saat ini sudah 18 yang dikembalikan. Sedangkan empat lainnya belum dikembalikan. Kendati uang sudah dikembalikan, namun Tatang mengaku masih ingin ada niat baik dari penerima secara langsung. “Bicara uang dikembalikan bukan dari beliau (penerima), tapi dari perwakilan. Niat baik itu tidak ada, gimana itu tokoh masyarakat etikanya, RW juga,” katanya.
Tatang mengatakan dirinya mendapat ‘angin surga’ dari para pemilih. Dirinya pun menyediakan amplop sebagai ‘pelicin’ agar mereka memilih Tatang. Dirinya menyediakan 22 amplop yang berisi uang masing-masing Rp 1 juta. “Wah banyak angin surga, sangat luar biasa itu. Semua angin surga menjanjikan, menjanjikan semuanya. Sekarang misalnya anda tidak berpihak ke saya, ngapain saya memberikan. Lebih baik untuk yatim piatu. Nah itu dia karena angin surganya luar biasa," sambungnya. (gayuh)
Tidak ada komentar: